Google

Wednesday, November 28, 2007

UNTUNG!! edisi DESEMBER 2007

UNTUNG edisi Desember 2007 akan membuka blak-blakan semua aspek tentang BISNIS AGEN KORAN dan MAJALAH.

Bila anda memiliki pengetahuan cukup soal sejarah koran, memiliki pengalaman berbisnis agen koran dan majalah, pernah menjalaninya entah sukses atau gagal, silakan mengirimkan tulisan ke ; basriadhi@cbn.net.id...jangan lupa disertakan foto dengan resolusi 75 dpi saja (supaya tak terlalu berat).

Tabloid Panduan Usaha UNTUNG!! yang pemula jadi bisa, yang lihai makin piawai.

Tuesday, November 27, 2007

BERGURU : Berikan nilai tambah ...

Salam,

Selamat ya buat Untung yang sudah menjadi tabloid Panduan Usaha. Semoga bisa memandu kami yang masih awam dalam berwirausaha.

Saya punya dua pertanyaan nih, terkait dengan keinginan besar saya membuka usaha burger:
Banyak orang mengatakan bisnis burger sudah jenuh... menurut bapak apakah benar demikian?

  1. Meski dianggap sudah jenuh, saya kukuh tetap ingin buka bisnis burger. Apa saran bapak?

Sekali lagi terima kasih dan selamat buat Untung!!

Irsyad

Bogor

-------------------------------------------------------------------------------------------

Jawaban 1:

Perkembangan sebuah jenis bisnis (misalnya Buger di Indonesia) berkembang dengan deret ukur. Perkembangannya sangat pesat. Artinya untuk mencapai jumlah cabang

dari 100 ke 200 misalnya, akan sama cepatnya dengan waktu jumlah cabang dari 1,000 ke 2,000. Jumlah Cabang Edam Burder misalnya sudah 2,000 lebih belum lagi pecahannya seperti Edola Burger yang jumlahnya ratusan, ditambah lagi turunannya yang marak di berbagai Pameran Franchise. Artinya cepat atau lambat bisnis ini akan membludak. Dan kita akan semakin sulit bersaing dengan cabang-cabang dengan segala macam kualitas yang bervariasi.

Dengan demikian ini akan mempersulit kita untuk mencari nilai tambah. Misalnya seperti bisnis gorengan pisang, tahu dan bakwan. Pisang goreng saat ini harganya sekitar Rp 600 per buah. Seandainya kita ingin menjual Rp 2,000 per buah posisi kita akan sulit. Istilahnya kalau kita ingin mencari nilai tambah yang lebih besar, lebih baik menjual barang-barang yang tidak kelebihan suplai istilahnya Blue Ocean, laut yang masih biru belum berdarah-darah. Banyak sekali contohnya seperti: Kebab makanan dari Timur tengah, Sandwich, Donut, atau Kue & Coklat.

Sandwich misalnya sangat marak di Coffee Bean & Tea Leaf, Cafe Ohlala, maupun Dunkin Donuts, harganya Rp 15,000 - Rp 30,000 per buah. Bandingkan dengan harga
Burger Mc Donald Rp 7,000. Donut saat ini memiliki peluang yang lebih besar, saat
ini marak Donut dengan segala macam variasi, Donut kentang mulai banyak di beberapa tempat. Peluang Kedai Kopi akan sangat besar di Indonesia. Saat ini perkembangan Kopi Starbucks, Coffee Bean atau Tator Coffee (Tanah Toraja) marak di Mal-Mal kelas

atas. Ini akan meluas ke seluruh pelosok kota-kota di Indonesia. Belum lagi ekspansi Kedai Kopi dari Singapura dan Malaysia seperti Kaya Toast. Saat ini banyak sekali sekolah masak di Indoensia dengan kulaitas hotel bintang 5 dengan biaya Rp 150,000 per 2 resep kue. Misalnya lapis legit & bikang ambon, dll. Sekolah kue Coklat juga marak di Jakarta, siswanya tidak hanya Ibu-ibu bahkan anak-anak perempuan dan laki-laki.

Jawaban 2:

Saran saya, lakukan 3 hal sebagai nilai tambah Burger Anda:

a. Jagalah kualitas, jangan sampai menjadi rotinya keras, atau kejunya kurang lumer, atau panggangannya kurang panas. Jagalah senantiasa kebersihan gerai Anda, baik itu pembungkus, maupun tatakan masak.

b. Berikan servis lebih, misalnya sediakan fruit tea, atau es puter, atau Es Teller. Bisnis minuman memiliki nilai tambah yang jauh lebih besar daripada makanan. Keuntungan bisnis minuman minimal 50% - 60%.

c. Bersiaplah dengan inovasi baru, misalnya burger ayam, burger tempe, burger poteina (protein nabati, bahan kedelai pengganti daging ayam). Antisipasi adanya wabah Flu Burung, pada saat wabah menyerang satu rumah sakit atau satu kampung, maka pemerintah akan melarang peternakan ayam. Saat itu makanan ayam goreng, ayam panggang atau Fried Chicken akan kesulitan, saat itu anda harus segera mengambil alih celah bisnis yang sangat luar biasa besar. Sediakan Burger Proteina Anti Flu Burung.

Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.
(Pemilik waralaba rekaman instant Talent Box,
penulis buku “Menjadi Kaya dengan Hati Nurani”).



BERGURU : bukan soal gagal atau berhasil ...

Pertanyaan:
Pertama saya ucapkan selamat atas penerbitan perdana Tabloid Untung. Dari namanya saya yakin, tabloid ini akan membuat pembacanya yakin, bisnis akan selalu untung. Amin. Saya tertarik dengan bisnis burger yang selama ini sangat marak. Ada dua hal yang ingin saya tanyakan:
1. Bagaimana memulai bisnis burger? buka sendiri atau beli franchise?
2. Banyak teman yang sudah buka bisnis burger dan gagal... saya jadi takut, tapi tetap ingin mencoba. Bgm caranya?
Terima kasih atas penjelasannya.
 
Wandi
Ciputat
 ----------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban 1:
Jika Anda masih benar-benar nol dalam pengalaman bisnis, boleh saja mulai dengan beli franchise dulu. Tujuan Anda dalam membeli franchise adalah belajar tentang sistem bisnis yang dipraktekkan di franchise tersebut sehingga bisa cepat berkembang (misalnya sistem insentif  untuk karyawan, sistem kontrol kerja karyawan, sistem bagi hasil dengan franchise, standar pelayanan ke pelanggan, sistem marketing dan lain-lain). Dengan mempelajari itu kelak jika Anda mau buka bisnis sendiri (burger atau yang lain), Anda sudah punya bekal yang lebih baik.  
 
Oya, dalam memilih perusahaan franchise (franchisor), tentu saja Anda perlu meneliti seberapa baik tingkat keberhasilan franchise tersebut.  Ada baiknya Anda berdialog dengan beberapa orang yang telah membeli franchise burger tersebut (franchisee), agar penilaian lebih akurat. 
 Jawaban 2:
Saya meyakini gagal atau sukses bukan tergantung pada jenis usahanya, melainkan pada kecerdikan kita dalam mengelola bisnis tersebut. Oya, kita perlu hati-hati menggunakan istilah banyak, sering dan kata lainnya yang biasanya membuat otak bawah sadar kita menerima sebagai sesuatu yang benar-benar sangat baik dan membuat kita benar-benar takut. 
 Jangan-jangan yang Anda katakan "banyak teman saya gagal" padahal baru 5 orang. Ah, itu sangat wajar. Pasti ada ratusan atau bahkan ribuan yang  sukses. Lihatlah yang sukses dan katakan dalam hati Anda berulang-ulang, bagaimana caranya agar Anda juga sukses. Jangan pernah bertanya pada diri sendiri apa risikonya jika Anda membuka bisnis burger, melainkan tanyakan apa risikonya jika Anda tidak membuka bisnis burger segera. Anda akan segera menemukan jawabannya. 
 Ya, jika tidak sekarang memulai bisnis, Anda akan ketinggalan dengan yang lain. Semoga sukses.

Jawaban oleh :

Ir Bambang Suharno

Indonesian Entrepreneur Society (IES)
Plasa 3 Pondok Indah Blok A-2, lantai 4.
Jl TB Simatupang, Jakarta 12310
Telp. 021.70228877, 75904486

Monday, November 26, 2007

BINCANG : Hendy Setiono, si 'Babarafi' yang 'Yummy'


Banyak orang mungkin belum mengenal nama ini, Hendy Setiono. Tapi di kalangan para pebisnis muda, nama ini sudah kesohor sebagai sosok yang fenomenal. Betapa tidak, usianya baru 24 tahun! Tapi prestasinya luar biasa. Tahun ini, tepatnya Oktober lalu, dia terpilih sebagai The Best Asia’s Young Entrepreneur 2006 versi majalah Bisnis Week. Dua kategori dia sabet sekaligus, yaitu sebagai yang terbaik pilihan dewan juri dan terhebat versi warga Asia yang mengirimkan sms pilihannya.

Hendy Setiono adalah pemilik Kebab Turki Babarafi dan Yummy Burger, berdomisili di Surabaya, Jawa Timur. Dalam rentang waktu hanya 3 tahun, Hendy berhasil memamahbiakkan Kebab Turki dan Yummy Burgernya, menjadi 70 cabang tersebar di seluruh Indonesia dengan sistem waralaba. Mungkin sepenggal kalimat dalam lagu Iwan Fals, cocok untuk menggambarkan kehebatan Hendy.

”Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu…”

Untuk mencapai prestasi itu, dia memang berkelahi dengan waktu, bertarung dengan risiko. Dia memilih drop out dari tempat kuliahnya, Institut Teknologi Surabaya (ITS), dan berjuang membangun bisnisnya. Untuk menguliti sang muda yang bersinar ini, berikut wawancara UNTUNG dengan Hendy Setiono:

Bagaimana awal usaha Anda?

Awal mula saya berbisnis itu adalah Yummy Burger dan hot dog yang dijual dengan cara berkeliling dengan gerobak di Surabaya. Perkembangan bisnisnya lumayan tapi masih outlet mandiri. Bertambah dari satu lalu dua dan seterusnya. Dari penambahan outlet sendiri itu akhirnya berkembang dan saya gabung dengan kebab Turki. Awal mula dari kebab itu adalah bisnis burgernya. Nah sekarang burger dijadikan satu dengan kebab.

Permintaannya bagaimana saat itu?

Burger sendiri bagus perkembangannya, karena waktu itu (2003) belum ada penjual burger yang bergerilya seperti sekarang. Tapi begitu muncul penjualan burger yang bergerilya, maka saya harus mencari sesuatu yang baru. Sehingga akhirnya saya tambahi dengan menu Kebab Turki. Nah, sekarang justru Kebab Turkinya sebagai brand saya, dengan menu tambahan Yummy Burger. Kalau ada investor yang mau Yumy Burger ya harus membeli paket waralaba Kebab Turki. Tapi dahulu awal startnya ya Yummy Burger

Di Surabaya sendiri apakah banyak pebisnis burger?

Banyak. Jadi disamping yang dijalankan dengan cara francise gerilya itu, pemain lokal pun banyak yang menjajakan burger secara gerilya juga.

Untuk kelas nasional kan ada Edam, Edola, Salsa, Crispy dll. Kalau di Surabaya merk terkenalnya apa?

Pemain lokal Surabaya yang branded itu tidak ada. Hanya Yummy Burger. Tapi pemain seperti yang Anda sebutkan tadi banyak menyebar di Surabaya. Jadi para pemain nasional itu juga merambah Surabaya.

Tentang penghargaan pengusaha terbaik se-Asia, bisa Anda jelaskan?

Jadi ini adalah profil pengusaha berumur di bawah 25 tahu yang berasal dari negara-negara se Asia seperti Jepang, Hong Kong, India, Malaysia Arab, termasuk Indonesia. Yang mengadakan Bisnis Week Internasional dan ini ajang yang pertama kali. Dan kebetulan yang terpilih sebagai yang terbaik adalah Kebab Turki Babarafi dari Indonesia.

Jadi Mas Hendy sudah terpilih sebagai yang the Best? Selamat ya mas!!!

Sudah mas… terima kasih, terima kasih.

Apa kriterianya mas?

Kriterianya dilihat dari jalannya bisnis itu sendiri. Para finalis berasal dari berbagai bidang. Banyak yang berkecimpung di bidang IT, terus yang dari Dubai malah developer, dia bangun properti diatas pantai. Satu-satunya pengusaha makanan, ya hanya saya yang dari Indonesia. Dari situ dilakukan pemilihan voting via online dan juri. Saya meraih kedua-duanya, the best versi online dan pilihan juri Bisnis Week.

Dari Indonesia sendiri ada berapa pengusaha yang jadi finalis?

Dari Indonesia ada 4 dari 20-an finalis. Tapi mereka bukan dari makanan, kebanyakan dari disain dan IT.

Hebat! Buat Anda apa arti dari penghargaan ini?

Semoga bisa menjadi leverage, dan mudah-mudahan dengan penghargaan ini bisa mendongkrak omzet seluruh gerai Kebab Turki dan Yummy Burgernya.

Nah, Kebab Turki dan Yummy Burger sudah berapa outlet?

Sekarang sudah ada 70 outlet, di 13 kota besar. Kita ekspansi terus ya secara bertahap. Target tahun 2006 minimal bisa mencapai 100 cabang.

Apa sih mas rahasianya kok bisa sepesat ini?

Saya sendiri selalu berusaha berpikir positif dan maju. Nah untuk itu saya selalu mengikuti berbagai pelatihan dan seminar kewirausahaan dan pengembangan diri. Saya ikut Entrepreneur University yang digagas Purdie E Chandra Primagama, dan juga saya pengagum Tung Desem Waringin. Saya sudah sekitar 20 kali mengikuti seminar beliau di Surabaya atau di kota lain. Nah dari situ kan saya mendapatkan banyak ilmu baru…

Mas, Anda memulai usaha pada 2003, berarti usia Anda sekitar 20 atau 21 tahun. Bagaimana ceritanya?

Pada saat saya start usaha, berbarengan dengan berhenti kuliah. Sebelum di DO saya OD duluan. Nah kalau begitukan saya susah, mau kerja nggak ada yang mau terima. Kuliahpun saya kurang menikmati, di sana banyak orang pinternya. IP saya pas-pasan banget. Saya pikir saya tidak akan hebat menjadi programer. Nah, pada saat itu saya juga mengikuti seminarnya pak Purdie… saya ingat dia mengatakan, “kalau masih karyawan segara resign sedangkan yang mahasiswa jangan pinter-pinter. Kalau mau kaya, jadi pengusaha.”

Wah Anda sudah terkena virus pak Purdie ya. Lalu apa cita-cita atau mimpi mas Hendy saat ini?

Tentu setiap orang yang berbisnis harus punya mimpi. Saya sendiri punya impian, yang mengambil francise bukan hanya orang Indonesia. Dan bukan hanya orang Indonesia yang mengambil francise luar negeri. Tapi orang asing yang mengambil francise dari Indonesia. Nah, tampaknya mimpi saya itu akan segera terrealisasi…

Terakhir mas Hendy, saran Anda buat mereka yang baru atau akan berbisnis?

Kalau mau mulai usaha itu, yang terpenting adalah ada kemauan dari diri sendiri. Yang kedua adalah mulailah sekarang juga tidak ada kata menunda, karena hambatan akan selalu ada sekarang atau nanti memulainya. Jadi, kalau mau usaha, mulailah… action now!!!

SI SUKSES : Burger Blenger


Semua orang Jakarta terutama kalangan menengah, mengenal nama Burger Blenger. Namanya memang unik, blenger berarti edan, sesuatu yang di luar kebiasaan atau mendekati gila. Sesuai namanya, rasa Blenger memang blenger. Ukurannya di luar kebiasaan, jauh lebih besar dibanding burger kebanyakan sehingga bisa bikin konsumen blenger. Setidaknya itulah pengakuan para penggila Blenger Burger, yang rela antri setiap hari untuk mendapatkan beberapa potong burger.

Siapa sebenarnya Burger Blenger ini? Ternyata mereka bukan berasal dari perusahaan besar, melainkan berawal dari usaha mandiri Erik Kadarman Subarna, seorang mantan karyawan Grup Bakrie. Dia seorang ahli IT, tapi hobi kuliner. Kemampuannya membuat burger diperoleh ketika dia kuliah di Amerika Serikat. Dengan coba-coba resep dan berkali-kali trial and error, Erik berhasil membuat burger yang disebutnya blenger.

Tahun 2003 lalu, Erik memberanikan diri membuka usaha burger di kawasan Bintaro Jakarta Selatan, dengan modal Rp 7 juta. Impian Erik dan keluarganya untuk hidup lebih baik, memberikan dorongan kuat kepada mereka untuk membuka usaha ini. Hasilnya di luar dugaan. Dalam tempo singkat, Burger Blenger Bintaro diserbu pembeli, bahkan sampai diantri setiap hari. Padahal harga yang dipatok, lebih mahal dibanding burger jalanan yaitu Rp 9 ribu – 10 ribu.

Keberhasilan di Bintaro membuat Erik lebih serius menggarap bisnisnya, dan membuka cabang baru di Blok M, Jakarta Selatan. Sama seperti di Bintaro, gerai barunya inipun menjadi serbuan konsumen. Banyak konsumen yang harus gigit jari tidak kebagian. Akibatnya, Burger Blenger menjadi buah bibir dan diliput berbagai media massa. Bahkan, harian Kompas beberapa kali menampilkan sosok Burger Blenger yang dianggap fenomenal di kalangan menengah perkotaan.

Burger ini memang fenomenal karena dari satu gerai saja, ribuan burger terjual dengan cara diantri konsumen setiap hari. Konsumen sepertinya tidak bosan-bosan mengkonsumsi burger yang satu ini. Dihitung-hitung, tidak kurang dari 5000 burger terjual setiap hari. Dengan harga per potong Rp 10 ribu, maka omzet Burger Blenger mencapai Rp 50 juta per hari, atau Rp 1,5 miliar per bulan. Belum termasuk penjualan menu lainnya seperti minuman. Dasyat untuk ukuran burger lokal jalanan.

Melihat perkembangan yang pesat itu, Erik menawarkan Burger Blenger kepada investor dengan sistem waralaba. Meski sempat gagal di awal karena beberapa investor ingkar, Burger Blenger tetap ditawarkan secara waralaba sampai sekarang, bahkan lebih serius lagi penggarapannya. Sejauh ini, Burger Blenger baru beredar di Jakarta.

Kini, Erik Kadarman sudah menikmati kemakmuran berkat burger. Dulu hanya menempati rumah sederhana sebagai karyawan, sekarang Erik memiliki 3 rumah sangat memadai plus beberapa mobil. Tahun ini, dia dan keluarganya pun akan menunaikan ibadah haji, sebagai rasa syukur atas keberhasilan Burger Blenger. Makmur dunia dan akhirat!!!

Beberapa faktor sukses Burger Blenger:

- Berhasil menciptakan burger yang berbeda dengan yang lain.

- Rasa sangat menunjang.

- Digarap dengan sangat serius dan fokus.

- Ekspos media yang sangat gencar.

SI SUKSES : Made "Edam Burger" Bagiana


Siapa yang tak kenal Edam Burger? Tapi siapa yang mengenal nama Made Ngurah Bagiana? Nama Edam memang lebih terkenal ketimbang Made Ngurah. Padahal, Edam berasal dari kebalikan namanya. Made jadi Edam.

Suatu hari, Made kedatangan seorang wartawan. Dia bertanya, “Dari siapa Anda tahu saya?”. Sang wartawan itu menjawab, “Wah siapa yang tak kenal Bapak?” katanya yakin sambil tersenyum. Made menukas dengan cepat, “Siapa bilang semua orang kenal saya? Tetangga-tetangga di sekitar saya aja belum tentu semua kenal saya…” Wartawan itu melongo, dia tidak menyangka, pujiannya justru jadi bumerang. Made memang suka ceplas-ceplos dalam berbicara, dan tak suka dipuji berlebihan. Dia mau yang sederhana-sederhana saja. Walaupun prestasinya harus diakui… luar biasa!

Bicara burger lokal memang tidak bisa lepas dari Edam. Boleh disebut, dialah salah satu pebisnis burger yang paling fenomenal di Indonesia. Bayangkan… outletnya kini sudah menyentuh angka 2.800. Yang bisa menyamainya mungkin hanya Indomaret!!! Setiap hari, puluhan ribu keping roti berhasil dijualnya.

Made Ngurah Bagiana, kelahiran Bali 1956, memulai bisnis burger secara tidak sengaja pada 1990. Dia melihat pedagang keliling burger, dan kemudian mencobanya. Dari mengayuh sendiri, Made mengembangkan burger kelilingnya dari satu perumahan ke perumahan lain di wilayah Jakarta Timur. Perlahan tapi pasti, Made sukses membiakkan gerobak burger kelilingnya menjadi puluhan buah. Dan dia pun pensiun menjadi pengayuh gerobak, lalu menjelma menjadi juragan burger.

Sebelum menjadi pengusaha burger, Made sempat mencicipi berbagai profesi mulai dari tukang cuci, kondektur bis kota PPD bahkan sempat menjadi preman. “Tapi bukan preman yang bringas. Hanya preman yang nakal, seperti jarang bayar kalau naik bus, hehehe…” kata Made mengingat masa lalunya. Tapi garis hidup berkata lain, berkat kegigihannya bertahan di kota Jakarta, dia menemukan jalan terbaik yaitu menjadi pengusaha burger. Dia ingin seluruh rakyat Indonesia terutama masyarakat menengah bawah, bisa menikmati burger, makanan orang Londo, yang sehat dan bergizi.

Tahun 2000, menjadi titik tolak lain buat Made dalam mengembangkan bisnisnya. Setelah sukses dengan burger gerobak keliling, dia mulai melebarkan sayap secara kemitraan, semacam semi waralaba. Dia menawarkan kesuksesan bisnis burgernya ke setiap orang, dengan iming-iming bakal menjadi wirausahawan mandiri. Dia mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak seperti pengusaha Bob Sadino dan grup usaha Bogasari.

Dalam tempo yang tidak terlalu lama, bisnis Edam berkembang dengan sangat pesat. Dari puluhan berubah menjadi seratusan, lima ratusan bahkan sampai ribuan. “Saya sendiri tidak tahu jumlah pastinya berapa. Nggak sempat ngitung…” kata Made tanpa bermaksud menyombongkan diri. Dia memang dikenal sangat sederhana. Bicara seadaanya, berpakaian biasa saja, dan tidak pernah menunjukkan bahwa dia adalah pebisnis burger lokal yang beromzet terbesar.

Catatan yang berkembang menyebutkan, Edam Burger sudah memiliki sekitar 2800 gerai pada Oktober lalu. Sebuah pencapaian yang luar biasa, dan akan terus bertambah karena Made masih sibuk untuk terus berkelana ke seluruh Indonesia, menyebarkan virus burgernya. Kini, sang mantan preman itu sudah bisa menikmati kemakmuran, yang tidak pernah diimpikan sebelumnya.

Made sangat fokus mengembangkan burgernya, dan tidak terpengaruh dengan iming-iming bisnis lainnya yang mungkin lebih menggiurkan. Buat dia, burgerlah yang paling menggiurkan dan sudah dibuktikannya. “Banyak orang yang baru berhasil di satu bidang, coba merambah bidang lainnya. Saya tidak. Saya tetap di bisnis makanan, khususnya burger.” ungkap Made membuka rahasia suksesnya.

Beberapa kunci sukses Edam:

  1. Mampu menemukan bidang bisnis baru yang masih belum dilirik orang lain, ketika dia memulai.
  2. Memberikan terobosan burger dengan harga murah, tapi rasanya oke.
  3. Membuat terobosan menawarkan bisnis burger dengan cara semi waralaba.
  4. Sangat gencar mempromosikan burgernya melalui media massa, dengan cara kemitraan, tanpa mengeluarkan banyak biaya.
  5. Menjalin kerja sama yang sangat erat dengan pebisnis besar seperti Kemfood milik Bob Sadino dan produsen tepung Bogasari.
  6. Rajin membuat bahan baru seperti roti, daging atau saus. Sekarang Edam punya 12 pabrik roti.
  7. Giat berseminar dari satu kota ke kota lainnya.
  8. Meninggalkan prinsip lama berbisnis sendirian.
  9. Sangat fleksibel dalam menentukan biaya investasi buat calon mitra. Sisi sosial sangat kental dikembangkan Edam, antara lain memberikan paket usaha gratis buat orang tak mampu.
  10. Dia sangat fokus, fokus dan fokus dengan burgernya.

SEJARAH : Burger darimana asalmu ?

Setiap hal pasti ada sejarahnya. Demikian juga burger. Dari mana sih sebenarnya burger berasal? Ada yang mengatakan dari Eropa, tapi banyak juga yang menyebut Amerika sebagai tanah kelahiran burger. Lalu mana yang benar? Benar semuanya, karena burger memang sudah sangat akrab dengan orang Amerika dan Eropa sejak puluhan tahun silam. Walaupun sejarh kuno juga mencatat, makanan sejenis burger sudah dikenal sejak jaman Romawi.

Alkisah, dua bersaudara Frank dan Charles Menches, yang tinggal di kawasan Hamburg, New York, yang mengikuti sebuah bazaar pada 1885. Tapi mereka datang terlambat, dan terburu-buru membuat menu baru. Semacam sandwich tapi dikombinasikan sehingga menjadi seperti burger sekarang. Kisah lainnya menyebutkan seorang Texas Fletcher Davislah, yang pertama kali membuat burger. Pada awal 1800-an, dia berjualan makan siang, sejenis roti buatan sendiri yang dipasangkan dengan daging. Masih banyak kisah lain seputar burger.

Lalu dari sisi bahasa… dari mana asal nama Burger? Ini juga banyak versi. Dari Eropa muncul klaim, bawah burger berasal dari kata Hamburger, yang berarti segala sesuatu yang muncul dari kota Hamburg Jerman, termasuk makanannya. Jadi kata mereka, salah kalau orang menyebut Hamburger sebagai gabungan dari ham (semacam daging) dengan burger. Kenyataannya, semua yang berasal dari Hamburg memang disebut Hamburger, seperti juga semua yang berasal dari Frankfurt sebagai Frankfurter. Anda pasti tahu Hotdog. Nah, hotdog ini nama lainnya adalah Franfurter.

Di berbagai wilayah lainnya, nama burger juga dikenal dengan istilah yang berbeda. Misalnya di Inggris, mereka tidak terlalu familiar dengan burger, melainkan lebih suka menamainya sebagai sandwich. Sama seperti di Arab Saudi. Lalu muncul nama tambahan untuk hamburger, seperti cheeseburger, riseburger dll. Bahkan beberapa pebisnis makanan di Amerika, mempatenkan burger-burger temuan mereka.

Sejarah mencatat, burger sudah menjadi makanan favorit orang Amerika Serikat sejak tahun 1950-an (ada yang mengatakan, burger ini awalnya menjadi makanan wajib para pekerja kasar seperti sopir truk). Saat itu muncul sebuah restoran khusus burger yang didirikan oleh seorang pilot di wilayah Texas. Nama restorannya, Whataburger, yang sampai sekarang masih eksis dan mengembangkan bisnisnya dengan sistem waralaba. Di Amerika, Whataburger memiliki ribuan cabang. Tapi mereka gagal mengembangkan resto burgernya ke luar Amerika.

Pada 1950-an juga, muncul restoran burger dengan nama unik berbau Jepang, yaitu Ninjaburger. Meski berbau Jepang, restoran burger ini terletak di salah satu negara bagian Amerika Serikat. Sampai sekarang, Ninjaburger berkembang dengan baik, meskipun tidak bisa berekspansi ke luar Amerika seperti Mc D.

Beberapa tahun kemudian hadir restoran burger yang kelak menjadi sangat terkenal, Burger King yang berdiri kota Miami. Burger King kemudian berkembang sangat pesat, mengalahkan nama besar Whataburger. Alhasil selama puluhan tahun, Burger King kini memiliki 11.200 gerai, sebagian milik para waralaba. Pada tahun yang sama yaitu 1954, berdiri pula sebuah resto yang menawarkan burger. Anda mungkin sudah mendengar nama resto ini… Mc Donald. Sekarang, Mc D punya 30 ribu gerai di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Jumlah pelanggan yang dilayani mencapai 50 juta orang setiap hari.

Amerika pula yang mengekspor banyak rumah makan ala mereka, yang juga menawarkan burger. Seperti KFC, Wendys atau A&W. Mereka menjadi penguasa makanan cepat saji termasuk burger selama puluhan tahun di seluruh dunia. Burger lokal baru sedikit saja mencicipi gurihnya pasar…

Mengapa Gagal Berbisnis Burger ?



Mengelola suatu usaha atau bisnis tidaklah mudah, baik itu usaha yang skalanya kecil apalagi usaha yang skalanya besar. Dalam mengelola usaha itu ada ilmunya, ada strateginya dan harus ada intuisi atau insting bisnisnya. Usaha bisa berkembang menjadi besar dengan menerapkan berbagai ilmu, dari ilmu manajemen sampai ilmu komunikasi, dari ilmu sosial, ilmu ekonomi sampai ke tehnik. Banyak perusahaan tumbuh menjadi perusahaan yang tetap bertahan dan terus berkembang karena tepatnya dia mengambil strategi atau langkah dalam menjalankan usahanya. Demikian juga halnya dengan intuisi bisnis yang hebat dan tepat dapat membuat usahanya melesat dengan cepat dalam perkembangannya.

Demikian pula dalam mengelola usaha burger. Lalu apa saja sih yang menyebabkan sebagian pengusaha burger mengalami kegagalan?

Dari hasil evaluasi di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar yang berbisnis burger gagal atau bangkrut, pertama karena kesalahan dalam memilih lokasi.

Kenapa lokasi?
Karena pemilihan lokasi yang salah membuat burgernya menjadi tidak laku. Seperti di tempat yang sepi, jauh dari tempat tinggal penduduk, atau memilih lokasi di tempat yang sewanya tinggi sehingga harga jualnya mahal. Jadi untuk memilih lokasi carilah yang strategis, tempat banyak orang melakukan aktivitas atau banyak yang melewati tempat itu, seperti sekolah, kampus, minimarket, perumahan, bazaar.

Kegagalan kedua disebabkan rasanya yang tidak pas atau tidak sesuai dengan lidah masyarakat setempat. Sehingga tidak ada yang mau membeli burger tersebut. Burger adalah makanan yang berasal dari dunia barat (Amerika dan Eropa). Lidah mereka tentu saja berbeda dengan lidah orang Indonesia. Maka perlu penyesuaian, agar burger yang dijajakan, bisa dinikmati oleh lidah orang Indonesia.

Kegagalan ketiga akibat pengelolanya tidak menjaga kebersihan. Karena bisnis makanan itu harus mengutamakan kebersihan dan higienis. Bagaimana mungkin konsumen mau datang, kalau tempat menjual burger dipenuhi dengan lalat? Di sana sini bertumpuk-tumpuk sampah atau kardus bekas. Ingat, kebersihan sangat penting dalam bisnis makanan, karena bakal berdampak pada kesehatan. Anda harus menjamin bahwa konsumen tidak akan sakit perut gara-gara burger Anda!

Kegagalan keempat disebabkan oleh ketidakkonsistenan dari penjual burger. Penjual burger terkadang buka kadang tutup, sehingga banyak pembeli yang kecewa. Dan kekecewaan dari calon pembeli merupakan harga mahal yang harus dibayar oleh penjual.

Pebisnis burger juga bisa bangkrut akibat kalah bersaing dengan pebisnis burger lainnya. Biasanya dia sudah puas dengan apa yang ada, sehingga tidak memperhatikan langkah-langkah dari kompetitor. Misalnya, harga jual dia ternyata lebih mahal ketimbang harga jual burger kompetitor. Atau kompetitor menyediakan variasi burger yang lebih banyak. Sedangkan dia hanya itu-itu saja selama bertahun-tahun.

Terakhir, mereka gagal karena berhenti berjualan! Begitu lokasinya keliru, begitu banyak konsumen yang komplain, karena tidak laku-laku, dia tidak memperbaiki kesalahannya, melainkan langsung putus asa. Dia berhenti berjualan. Inilah kegagalan yang sesungguhnya, yaitu berhenti melanjutkan bisnis Anda. Game Over!!!

Hitung-hitungan bisnis Burger

PERHITUNGAN BISNIS BURGER

Burger KU
Omset per bulan Rp 12.245.500

Komisi karyawan Rp 382.300,-
Gaji karyawan Rp 150.000,-
Uang makan karyawan Rp 232.500

Sewa Tempat Rp 275.000,-
Biaya Operasi Lainya Rp 500.000
Laba bersih perbulan Rp 4.872.485,-

Berarti jika Anda berinvestasi Rp 3.750.000,- untuk big counter hanya dalam waktu 1 bulan modal sudah kembali.

Picazzo

Modal awal 3 Juta
Bahan Baku Rp 500,000
Karyawan, Sewa tempat (per bulan) Rp 1 Juta
Penjualan minimal 25 porsi x @Rp3375 x 30 hari = Rp 2,5 Juta
Profit perkiraan per bulan 1 jutaan

Mr Burger

Total Investasi Awal Rp 3.135.500
Perkiraan Penjualan 50 X Rp 1500 x 30 hari = Rp 2,250,000
Perkiraan Biaya perbulan
- Sewa Tempat = Rp 250,000
- Gaji Pegawai = Rp 600,000
Total Biaya perbulan adalah = Rp 850,000
Total Keuntungan Per Bulan = Rp 2,250,000 - Rp 850,000 = Rp 1,400,000

Sunday, November 25, 2007

Mulailah dari langkah pertama


Banyak orang bingung bagaimana memulai bisnis, termasuk bisnis burger. Sebuah nasihat menarik disampaikan oleh I Made Bagiana, pemilik jaringan Edam Burger. “Saya selalu memulai sebuah usaha dengan satu langkah pertama,” katanya.

“Banyak orang yang memulai dengan banyak langkah di awal, tapi akhirnya gagal karena tidak fokus.”Memang penyakit utama pemula adalah ingin sesuatu berhasil secepatnya, sehingga melangkah dengan beberapa aksi, tapi tidak fokus. Alhasil, bukan kesuksesan yang diraih, tapi kegagalan yang dituai. Lebih parah lagi, karena ketika gagal mereka langsung berhenti alias putus asa. Padahal, kalau mereka tetap bertahan dan memperbaiki diri, bukan mustahil mereka bakal menjadi pengusaha sukses.

Dalam berbisnis burger ada beberapa cara yang bisa dilakukan:

  1. Membuat Usaha Burger Sendiri.

Kelebihannya:

- Anda bebas melakukan apa saja, karena ini merupakan usaha sendiri. Kebebasan terutama dari segi rasa dan ekspansi. Sejumlah pengusaha burger, sukses berbisnis sendiri dan memiliki beberapa gerai atau gerobak keliling. Omzet mereka bisa mencapai puluhan juta per hari.

- Tidak terikat dengan pihak lain.

- Bebas mengubah komposisi bila terjadi perubahan harga secara mendadak

- Bebas menentukan harga jual

- Lebih cepat mengambil keputusan bila ada perubahan mendadak.

Kekurangan:

- Harus melakukan trial dan error sendiri, dalam segala hal, baik rasa maupun lokasi.

- Investasi cukup besar

- Harus mengembangkan brand sendirian.

Jika berbisnis burger sendiri, Anda harus menyediakan semua sarana dan prasarana sendiri. Yaitu:
  1. Peralatan, mulai dari penggorengan, kompor gas, sampai bungkus burgernya. Semua barang ini bisa diperoleh di pasar atau hypermarket dengan harga bervariasi. Kami sarankan Anda mencarinya di pasar tradisional, karena harganya sangat miring. Investasi untuk peralatan bervariasi mulai dari Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000.
  2. Gerai atau gerobak. Anda harus punya gerai atau gerobak, baik gerobak sepeda atau sepeda motor. Untuk gerai, banyak pilihan mulai dari gerai statis sampai gerai tenda yang mudah dicopot. Anda pun bisa membuat sendiri atau memesan pada pembuat gerai profesional. Sedangkan gerobak, biasanya dibuat oleh produsen profesional. Investasi untuk gerai juga bervariasi antara Rp 500.000 sampai Rp 1.500.000.
  3. Bahan baku. Sebagai pebisnis sendiri, maka bahan baku harus Anda sediakan lalu mengolahnya sendiri. Sejumlah pengusaha burger, sangat kreatif dengan menciptakan ramuan saus khusus sehingga punya cita rasa sendiri. Roti burger bisa diperoleh di banyak tempat, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Hanya perlu hati-hati, karena harganya sangat bervariasi. Anda harus menemukan harga roti yang paling sesuai dengan harga jual Anda. Untuk bahan baku, investasi yang Anda keluarkan berkisar Rp 300.000.

Tips Berbisnis Burger Sendiri:

- Jangan bosan berinovasi dan berimprovisasi terutama soal rasa.

- Hitung bahan baku secara cermat, sesuaikan dengan harga jual.

- Ingat prinsip berbisnis makanan, yaitu Bersih, Murah, Bermutu, Mudah penyajiannya dan Ramah pelayanannya.

- Pilih lokasi yang sangat strategis seperti sekolah, kampus, kantin atau pusat keramaian (pasar atau mall)

B. Menjadi Francisee

Salah satu cara berbisnis yang dianggap terbaik buat pemula adalah dengan menjadi francisee, atau ikut menjalankan bisnis yang sudah lebih dulu berhasil. Misalnya, Anda mengeluarkan sejumlah uang untuk menjadi pedagang burger Edola, Edam atau Mr Burger. Mereka sudah terbukti berhasil, sehingga Anda sebagai francisee (mitra usaha) punya risiko gagal lebih kecil.

Keuntungan:

- Tidak perlu repot dengan urusan tetek bengek, seperti rasa dan manajemen.

- Sarana dan prasarana sudah disiapkan.

- Mereka sudah berpengalaman, sehingga Anda bisa belajar.

- Investasi relatif rendah

- Risiko gagal juga lebih rendah dibanding bisnis sendiri.

- Ada pihak lain yang mengontrol Anda

- Ada pihak lain yang memberikan pelatihan

- Biasanya merk sudah terkenal

Kekurangan:

- Tidak punya kebebasan

- Terikat pada pemilik merk/franchisor

- Lama dalam mengambil keputusan

- Tidak bisa berimprovisasi dalam soal rasa

Tips berbisnis dengan cara waralaba:

- Pilih perusahaan burger yang sudah berpengalaman, berkualitas, laris dan punya sistem bagus.

- Pelajari mereka melalui franchisee lain yang sudah lama bekerja sama. Bila mereka bisa sukses, berarti Anda juga bisa.

- Jangan hanya terpaku pada besar/kecilnya investasi awal. Perhitungkan pula investasi berikutnya, seperti pembelian bahan baku, transportasi dan biaya operasional. Semua berpengaruh terhadap profit Anda.

- Tentukan lokasi yang paling baik berdasarkan pengalaman franchisee yang lain.

- Ikuti semua aturan dan batasan yang sudah dibuat franchisor. Kalaupun membuat perubahan atau penyesuaian seperti dalam soal harga, komunikasikan/diskusikan dengan franchisor.

Selamat mengayunkan langkah pertama Anda. Semoga sukses!

Thursday, November 22, 2007

UNTUNG terbit online

Semangat tak pernah padam, seperti air bah yang mengalir dari bogor. Tadinya tabloid ini ingin terbit setiap bulan dua kali, namun apa daya modal tak mencukupi. Tapi, kami ingin terus tampil dan memberi inspirasi, sehingga internet menjadi pilihan kami.

Misi tabloid ini ingin menjadi referensi, supaya yang baru jadi ngerti yang pinter makin lihai. dikemas dengan bahasa yang renyah, tidak membubung ke langit, UNTUNG diharapkan bisa menjadi milik semua orang.

Anda, para pembaca, adalah juga ujung tombak kami. Tuangkan pengalaman dan lekuk liku usaha anda disini sebagai komunitas virtual reporter. Bahasanya belepotan tak apa, kami akan dengan senang hati meng-edit agar enak dibaca. Cukup kirim ke basriadhi@cbn.net.id atau bergabung di komunitas_untung@yahoogroups.com.

selamat menikmati.